Muttafaq‘Alaih). “Katakanlah kebenaran walaupun pahit rasanya” (HR Ibnu Hibban). Dari segi redaksi, komunikasi Islam harus menggunakan kata-kata yang baik dan benar, baku, sesuai kadiah bahasa yang berlaku. “Dan berkatalah kamu kepada semua manusia dengan cara yang baik” (QS. Al-Baqarah:83).
Katakanlah yang benar walau pahit sekalipun" 03 Aug 2022
1) mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka. (2) beliau memerintah agar melihat pada orang di bawahku (dalam hal harta) dan janganlah lihat pada orang yang berada di atasku. (3) beliau memerintahkan padaku untuk menyambung tali silaturahim (hubungan kerabat) walau kerabat tersebut bersikap kasar.
Jugasabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam : “Katakan yang benar walaupun pahit dan jangan kamu gentar cercaan orang yang mencerca.” ( HR. Al Baihaqi dalam Kitab Syu’abul Iman dari shahabat Abu Dzar. Lihat Al Misykat 3/ 1365)
perkataanyang benar”. Q.S. Al-Ahzab: 70 (۷۰) ادفيدهسل لفُومقل اُولفُوقفول للي ا اُوقفتيا اُونفملآل نليذهليا َاهلييأل َايل “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar”. Perkataan qaulan sadida diungkapkan al-Qur’an dalam
Vay Tiền Trả Góp Theo Tháng Chỉ Cần Cmnd Hỗ Trợ Nợ Xấu. Skip to content 8. KATAKANLAH YANG BENAR MESKIPUN PAHIT 8. KATAKANLAH YANG BENAR MESKIPUN PAHIT2021-09-03T143351+0700 Project Description 8. KATAKANLAH YANG BENAR MESKIPUN PAHIT. Dari Abi Dzar radhiyallahu anhu, Rasulullah ﷺ bersabda, قُلِ اَلْحَقَّ, وَلَوْ كَانَ مُرًّا QULIL HAQQO WALAU KAANA MURRON “Katakanlah yang benar meskipun itu pahit berat untuk dikatakan.” HR. Ibnu Hibban, no. 2041. ➖➖➖➖➖ Caption Dalam hadits lain عَنْ أَبِى ذَرٍّ قَالَ أَمَرَنِى خَلِيلِى -صلى الله عليه وسلم- بِسَبْعٍ أَمَرَنِى…… وَأَمَرَنِى أَنْ أَقُولَ بِالْحَقِّ وَإِنْ كَانَ مُرًّا Dari Abu Dzaar, ia berkata, “Kekasihku Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan tujuh hal padaku…. 5 beliau memerintahkan untuk mengatakan yang benar walau itu pahit,…. HR. Ahmad 5 159. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih, namun sanad hadits ini hasan karena adanya Salaam Abul Mundzir. Faidah hadits ● Pahitnya kebenaran tidak boleh mencegah kita untuk mengucapkannya, baik kepada orang lain maupun kepada diri sendiri. ● Apabila sesuatu itu jelas sebagai sesuatu yang haram, maka jangan sampai kita mengatakan bahwa yang haram itu adalah halal. ● Namun perlu diperhatikan bahwa nasehat adalah tanda cinta. Oleh karena itu, sampaikanlah nasehat dengan hikmah. 〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️ 📱 Official Sosial Media Yayasan Cinta Sedekah ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ 📜 Layanan CS ▪ ▪ ▪ 🌏 Related Projects
Kamis, 13 September 2018 64208 WIB Dibaca 13876 Kali Teks foto Johansyah Syafri Kalimat dengan tujuh kata yang dijadikan tajuk di atas terdiri dari 26 konsonan dan 16 vokal. Sebagai intro di akun facebook milik kami, kalimat di atas tulis pada tanggal, bulan dan tahun yang serba 9. Yakni, 9 September 2009. Tepatnya hari Rabu. Setidaknya itulah catatan sejarah yang diingatkan media sosial yang didirikan seorang pemrogram komputer dan pengusaha internet dari USA, Mark Elliot Zuckerberg lahir 14 Mei 1984. Artinya, sampai dengan hari ini, Kamis, 13 September 2018, sudah 9 tahun dan 4 hari kami menjadi anggota "facebookers". Atau, 361 hari ke depan, insya Allah, tepat satu dasarwasa alias satu dekade nama kami tercatat di media sosial ini. Nama kami tersebut adalah nama yang sama aslinya dengan yang tercatat di Kartu Tanda Penduduk KTP dan dokumen resmi lainnya. Dua kata yang memang diberikan kedua orang tua kami. Katakan yang benar meskipun pahit didengar orang. Walaupun di facebook belum 10 tahun terpublikasi, tapi "sejarahnya lebih panjang dari itu. Lebih panjang dari angka 26 total konsonan apalagi angka 16 vokal yang menyusunnya. Ya, lebih tiga dasarwasa. Masih tajam teringat dalam catatan pikiran, kami merangkai kata itu pada tahun 1988. Sekitar bulan Juni 30 tahun silam. Saat masih tercatat sebagai mahasiswa semester II di Prodi Biologi FKIP Universitas Riau. Saat itu, tentu Desmiarti, adik tingkat kami yang saat ini menjadi guru Biologi dan pembimbing/pembina putri sulung kami Muthi'ah Khairun Nisa di GenRe SMANSA Bengkalis dan sahabatnya Nes Zulnesa, belum tercatat sebagai mahasiswa di Prodi yang sama. Katakan yang benar meskipun pahit didengar orang. Kata-kata itu berawal tentang opini tentang merosotnya rangking pendidikan di Provinsi Riau secara nasional yang kami tulis di mingguan Warta Karya cikal bakalnya Harian Riau Pos sekarang. Dua tokoh yang beberapa tahun kemudian kami kenal cukup dekat yang kala itu menjadi petinggi di Warta Karya adalah Bang H Aspraini Arsyad dan H Ruskin Har Alm. Ketika masih dididik Bang Wahyudi El Pangabean, Abu Bakar Siddik ABBS, Sutrianto, dan Syafriadi, menjadi pewarta di mingguan GeNTA, kami pernah mewawancarinya keduanya. Katakan yang benar meskipun pahit didengar orang. Meskipun berawal dari opini di mingguan Warta Karya, namun inspirasi awalnya kata-kata itu adalah hadits Rasulullah SAW., yang artinya; "Katakan kebenaran, sekalipun itu pahit”. Hadits lain yang senada dengan itu yang pernah kami baca, diantaranya artinya; "Tidak ada kejujuran yang lebih utama daripada ucapan kebenaran” atau "Tidak ada kejujuran yang lebih dicintai oleh Allah daripada ucapan kebenaran”. Katakan yang benar meskipun pahit didengar orang. Berkatalah yang benar walau itu pahit. Kebenaran tetap diterapkan walau ada celaan dan ada yang tidak suka. Inilah prinsip yang diajarkan dalam Islam oleh Nabi kita untuk yang seakidah Muhammad SAW. Nasehat ini beliau sampaikan pada sahabat mulia Abu Dzarr. Dari Abu Dzaar, ia berkata, “Kekasihku Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan tujuh hal padaku Pertama, mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka; Kedia, beliau memerintah agar melihat pada orang di bawahku dalam hal harta dan janganlah lihat pada orang yang berada di atasku; Ketiga, beliau memerintahkan padaku untuk menyambung tali silaturahim hubungan kerabat walau kerabat tersebut bersikap kasar; Keempat, beliau memerintahkan padaku agar tidak meminta-minta pada seorang pun; Kelima, beliau memerintahkan untuk mengatakan yang benar walau itu pahit; Keenam, beliau memerintahkan padaku agar tidak takut terhadap celaan saat berdakwa di jalan Allah; dan Ketujuh, beliau memerintahkan agar memperbanyak ucapan “laa hawla wa laa quwwata illa billah” tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah, karena kalimat tersebut termasuk simpanan di bawah Arsy.” Katakan yang benar meskipun pahit didengar orang. Kebenaran itu memang pahit. Namun seperti obat tau jamu kebanyakkan, meskipun rasanya pahit ianya menyembuhkan. Atau setidaknya, ya mengurangi rasa sakit. Bagi sebagian orang, kebenaran itu memang menyakitkan. Namun, seperti dikatakan seorang pemeluk Islam pertama dan juga keluarga dari Nabi Muhammad SAW., Ali bin Abi Thalib 599-661, "Sebagian obat justru menjadi penyebab datangnya penyakit, sebagaimana sesuatu yang menyakitkan adakalanya menjadi obat penyembuh." Katakan yang benar meskipun pahit didengar orang. Memang, kita harus berani mengatakan yang benar meskipun pahit didengar orang. Sebab, pesan Edward Paul Abbey 1927-1989, seorang penulis dan penulis esai Amerika, "Lebih baik kebenaran yang pahit daripada delusi yang nyaman." Apa itu delusi? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI daring, delusi bermakna 'pikiran atau pandangan yang tidak berdasar tidak rasional, biasanya berwujud sifat kemegahan diri atau perasaan dikejar-kejar; pendapat yang tidak berdasarkan kenyataan; khayal'. Katakan yang benar meskipun pahit didengar orang. Ketujuh kata dalam kalimat tersebut adalah doa dalam bentuk lain untuk orang yang kita cintai. Jadi jangan takut untuk mengatakannya. "Jangan berhenti berdoa untuk yang terbaik bagi orang yang kau cintai," begitu pesan lain dari Ali bin Abi Tahlib. Katakan yang benar meskipun pahit didengar orang. Sampaikan ketujuh kata dalam kalimat itu dengan jujur kepada sahabat dan siapapun orang yang kita cintai. Sebab dan masih mengutip nasehat Ali bin Abi Thalib, "Ucapan sahabat yang jujur lebih besar harganya daripada harta benda yang diwarisi nenek moyang." Katakan yang benar meskipun pahit didengar orang. Katakan yang benar meskipun pahit didengar orang dan meskipun akan banyak orang yang tidak menyukainya. Banyak orang yang tidak mempercayainya. "Kebenaran suatu hal tidaklah ditentukan oleh berapa banyaknya orang yang mempercayainya," begitu pesan pahlawan Nasional Indonesia, wirausahawan dan pendiri Muhammadiyah yang nama kecilnya Muhammad Darwisy, yakni KH Ahmad Dahlan 1868-1923. Katakan yang benar meskipun pahit didengar orang. Ketujuh kalimat tersebut adalah salah satu kalimat yang dijadikan "bumbu tausiah" untuk memotivasi teman sejawat di Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Kabupaten Bengkalis ketika kami memberikan arahan pada apel masuk kantor, di hari pertama tahun kedua kami bertugas di "Mabes 51" atau di hari kedua tahun 1440 H, Rabu kemarin, 12 September 2018. Sesuai warna Pakaian Dinas Harian PDH yang kami gunakan kemarin, yaitu hitam dan putih, maka silahkan ambil sisi putih dari tulisan ini kalau memang ada. Dan, buang jauh-jauh bila ada sisi hitamnya. Katakan yang benar meskipun pahit didengar orang. Semoga Allah SWT., meneguhkan kita selalu di atas kebenaran dan diberi taufik berkata yang benar walau itu pahit. Hanya Allah yang memberi taufik. ***** Pekanbaru, Kamis 13 September 2018 Menjelang dan sesudah Subuh Coba mengikat ilmu dalam kesendirian di kamar 332 sebuah hotel yang beralamat di jalan Sisingamangaraja No 32, Kelurahan Sumahilang, Pekanbaru Kota, Kota Pekanbaru, Riau.
Banyak kaum muslimin yang masih meremehkan masalah bid’ah. Hal itu bisa jadi karena minimnya pengetahuan mereka tentang dalil-dalil syar’i. Padahal andaikan mereka mengetahui betapa banyak hadits Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam yang membicarakan dan mencela bid’ah, mereka akan menyadari betapa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sangat sering membahasnya dan sangat mewanti-wanti umat beliau agar tidak terjerumus pada bid’ah. Jadi, lisan yang mencela bid’ah dan mewanti-wanti umat dari bid’ah adalah lisan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sendiri. Hadits 1 Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ “Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini urusan agama yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak” HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718 Hadits 2 Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak” HR. Muslim no. 1718 Hadits 3 Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam setiap memulai khutbah biasanya beliau mengucapkan, أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ “Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah perkara agama yang diada-adakan, setiap perkara agama yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan” HR. Muslim no. 867 Dalam riwayat An Nasa’i, مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلا مُضِلَّ لَهُ ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلا هَادِيَ لَهُ ، إِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ “Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan yang disesatkan oleh Allah tidak ada yang bisa memberi petunjuk padanya. Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah perkara agama yang diada-adakan, setiap perkara agama yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan tempatnya di neraka” HR. An Nasa’i no. 1578, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan An Nasa’i Hadits 4 Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ “Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, tetap mendengar dan ta’at kepada pemimpin walaupun yang memimpin kalian adalah seorang budak dari Habasyah. Karena barangsiapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku nanti, dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian untuk berpegang pada sunnah-ku dan sunnah Khulafa’ur Rasyidin yang mereka itu telah diberi petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian. Jauhilah dengan perkara agama yang diada-adakan karena setiap perkara agama yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan” HR. At Tirmidzi no. 2676. ia berkata “hadits ini hasan shahih” Hadits 5 Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, إِنَ اللهَ حَجَبَ التَّوْبَةَ عَنْ كُلِّ صَاحِبِ بِدْعَةٍ حَتَّى يَدَعْ بِدْعَتَهُ “Sungguh Allah menghalangi taubat dari setiap pelaku bid’ah sampai ia meninggalkan bid’ahnya” HR. Ath Thabrani dalam Al Ausath Dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 54 Hadits 6 Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوا دُونِى فَأَقُولُ أَىْ رَبِّ أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ “Aku akan mendahului kalian di al haudh telaga. Lalu ditampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan minuman untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, Wahai Rabbku, ini adalah umatku’. Allah berfirman, Engkau tidak tahu bid’ah yang mereka ada-adakan sepeninggalmu’ “ HR. Bukhari no. 6576, 7049. Dalam riwayat lain dikatakan, إِنَّهُمْ مِنِّى . فَيُقَالُ إِنَّكَ لاَ تَدْرِى مَا بَدَّلُوا بَعْدَكَ فَأَقُولُ سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ بَدَّلَ بَعْدِى “Wahai Rabb, sungguh mereka bagian dari pengikutku. Lalu Allah berfirman, Sungguh engkau tidak tahu bahwa sepeninggalmu mereka telah mengganti ajaranmu”. Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengatakan, “Celaka, celaka bagi orang yang telah mengganti ajaranku sesudahku”HR. Bukhari no. 7050. Al’Aini ketika menjelaskan hadits ini beliau berkata “Hadits-hadits yang menjelaskan orang-orang yang demikian yaitu yang dikenal oleh Nabi sebagai umatnya namun ada penghalang antara mereka dan Nabi, dikarenakan yang mereka ada-adakan setelah Nabi wafat. Ini menunjukkan setiap orang mengada-adakan suatu perkara dalam agama yang tidak diridhai Allah itu tidak termasuk jama’ah kaum muslimin. Seluruh ahlul bid’ah itu adalah orang-orang yang gemar mengganti ajaran agama dan mengada-ada, juga orang-orang zhalim dan ahli maksiat, mereka bertentangan dengan al haq. Orang-orang yang melakukan itu semua yaitu mengganti ajaran agama dan mengada-ada apa yang tidak ada ajarannya dalam Islam termasuk dalam bahasan hadits ini” Umdatul Qari, 6/10 Hadits 7 Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, انَّهُ سَيَلِي أَمْرَكُمْ مِنْ بَعْدِي رِجَالٌ يُطْفِئُونَ السُّنَّةَ ، وَيُحْدِثُونَ بِدْعَةً ، وَيُؤَخِّرُونَ الصَّلَاةَ عَنْ مَوَاقِيتِهَا ” ، قَالَ ابْنُ مَسْعُودٍ يَا رَسُولَ اللَّهِ ، كَيْفَ بِي إِذَا أَدْرَكْتُهُمْ ؟ قَالَ ” لَيْسَ يَا ابْنَ أُمِّ عَبْدٍ طَاعَةٌ لِمَنْ عَصَى اللَّهَ ” ، قَالَهَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ “Sungguh diantara perkara yang akan datang pada kalian sepeninggalku nanti, yaitu akan ada orang pemimpin yang mematikan sunnah dan membuat bid’ah. Mereka juga mengakhirkan shalat dari waktu sebenarnya’. Ibnu Mas’ud lalu bertanya apa yang mesti kami perbuat jika kami menemui mereka?’. Nabi bersabda Wahai anak Adam, tidak ada ketaatan pada orang yang bermaksiat pada Allah’”. Beliau mengatakannya 3 kali. HR. Ahmad Ibnu Majah Dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ahadits Shahihah, 2864 Hadits 8 Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, إِنَّهُ مَنْ أَحْيَا سُنَّةً مِنْ سُنَّتِي قَدْ أُمِيتَتْ بَعْدِي فَإِنَّ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلَ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا ، وَمَنِ ابْتَدَعَ بِدْعَةَ ضَلَالَةٍ لَا يَرْضَاهَا اللَّهَ وَرَسُولَهُ كَانَ عَلَيْهِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ عَمِلَ بِهَا لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أَوْزَارِ النَّاسِ شَيْئًا “Barangsiapa yang sepeninggalku menghidupkan sebuah sunnah yang aku ajarkan, maka ia akan mendapatkan pahala semisal dengan pahala orang-orang yang melakukannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Barangsiapa yang membuat sebuah bid’ah dhalalah yang tidak diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan mendapatkan dosa semisal dengan dosa orang-orang yang melakukannya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun” HR. Tirmidzi ia berkata “Hadits ini hasan” Hadits 9 Hadits dari Hudzaifah Ibnul Yaman, ia berkata يا رسولَ اللهِ ! إنا كنا بشرٌ . فجاء اللهُ بخيرٍ . فنحن فيه . فهل من وراءِ هذا الخيرِ شرٌّ ؟ قال نعم قلتُ هل من وراءِ ذلك الشرِّ خيرٌ ؟ قال نعم قلتُ فهل من وراءِ ذلك الخيرِ شرٌّ ؟ قال نعم قلتُ كيف ؟ قال يكون بعدي أئمةٌ لا يهتدون بهدايَ ، ولا يستنُّون بسُنَّتي . وسيقوم فيهم رجالٌ قلوبُهم قلوبُ الشياطينِ في جُثمانِ إنسٍ قال قلتُ كيف أصنعُ ؟ يا رسولَ اللهِ ! إن أدركت ُذلك ؟ قال تسمعُ وتطيع للأميرِ . وإن ضَرَب ظهرَك . وأخذ مالَك . فاسمعْ وأطعْ “Wahai Rasulullah, dulu kami orang biasa. Lalu Allah mendatangkan kami kebaikan berupa Islam, dan kami sekarang berada dalam keislaman. Apakah setelah semua ini akan datang kejelekan? Nabi bersabda Ya’. Apakah setelah itu akan datang kebaikan? Nabi bersabda Ya’. Apakah setelah itu akan datang kejelekan? Nabi bersabda Ya’. Aku bertanya Apa itu?’. Nabi bersabda akan datang para pemimpin yang tidak berpegang pada petunjukku dan tidak berpegang pada sunnahku. Akan hidup diantara mereka orang-orang yang hatinya adalah hati setan namun berjasad manusia’. Aku bertanya Apa yang mesti kami perbuat wahai Rasulullah jika mendapati mereka?’. Nabi bersabda Tetaplah mendengar dan taat kepada penguasa, walau mereka memukul punggungmu atau mengambil hartamu, tetaplah mendengar dan taat’” HR. Muslim Tidak berpegang pada sunnah Nabi dalam beragama artinya ia berpegang pada sunnah-sunnah yang berasal dari selain Allah dan Rasul-Nya, yang merupakan kebid’ahan. Hadits 10 Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, أَوَّلُ مَنْ يُغَيِّرُ سُنَّتِي رَجُلٌ مِنْ بَنِي أُمَيَّةَ “Orang yang akan pertama kali mengubah-ubah sunnahku berasal dari Bani Umayyah” HR. Ibnu Abi Ashim dalam Al Awa’il, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 1749 Dalam hadits ini Nabi mengabarkan bahwa akan ada orang yang mengubah-ubah sunnah beliau. Sunnah Nabi yang diubah-ubah ini adalah kebid’ahan. Hadits 11 Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, جَاءَ ثَلَاثَةُ رَهْطٍ إِلَى بُيُوتِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْأَلُونَ عَنْ عِبَادَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَلَمَّا أُخْبِرُوا كَأَنَّهُمْ تَقَالُّوهَا ، فَقَالُوا وَأَيْنَ نَحْنُ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ ؟ قَالَ أَحَدُهُمْ أَمَّا أَنَا ، فَإِنِّي أُصَلِّي اللَّيْلَ أَبَدًا ، وَقَالَ آخَرُ أَنَا أَصُومُ الدَّهْرَ وَلَا أُفْطِرُ ، وَقَالَ آخَرُ أَنَا أَعْتَزِلُ النِّسَاءَ فَلَا أَتَزَوَّجُ أَبَدًا ، فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَيْهِمْ ، فَقَالَ ” أَنْتُمُ الَّذِينَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا ، أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ لَكِنِّي أَصُومُ وَأُفْطِرُ ، وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ ، وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي “Ada tiga orang mendatangi rumah istri-istri Nabi shallallahu’alaihi wasallam dan bertanya tentang ibadah Nabi shallallahu’alaihi wasallam. ٍSetelah diberitakan kepada mereka, sepertinya mereka merasa hal itu masih sedikit bagi mereka. Mereka berkata, “Ibadah kita tak ada apa-apanya dibanding Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, bukankah beliau sudah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan juga yang akan datang?” Salah seorang dari mereka berkata, “Sungguh, aku akan shalat malam selama-lamanya” tanpa tidur. Kemudian yang lain berkata, “Kalau aku, sungguh aku akan berpuasa Dahr setahun penuh dan aku tidak akan berbuka”. Dan yang lain lagi berkata, “Aku akan menjauhi wanita dan tidak akan menikah selama-lamanya”. Kemudian datanglah Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam kepada mereka seraya bertanya “Kalian berkata begini dan begitu. Ada pun aku, demi Allah, adalah orang yang paling takut kepada Allah di antara kalian, dan juga paling bertakwa. Aku berpuasa dan juga berbuka, aku shalat dan juga tidur serta menikahi wanita. Barangsiapa yang benci sunnahku, maka bukanlah dari golonganku” HR. Bukhari Dalam hadits di atas, ketiga orang tersebut berniat melakukan kebid’ahan, karena ketiganya tidak pernah diajarkan oleh Nabi. Yaitu puasa setahun penuh, shalat semalam suntuk setiap hari, kedua hal ini adalah bentuk ibadah yang bid’ah. Dan berkeyakinan bahwa dengan tidak menikah selamanya itu bisa mendatangkan pahala dan keutamaan adalah keyakinan yang bid’ah. Oleh karena itu Nabi bersabda “Barangsiapa yang benci sunnahku, maka bukanlah dari golonganku“. Dan masih banyak lagi hadits-hadits yang membicarakan dan mencela bid’ah, namun apa yang kami nukilkan di atas sudah cukup mewakili betapa bahaya dan betapa pentingnya kita untuk waspada dari bid’ah.
Serial Kutipan Hadits Meskipun Pahit, Katakanlah قُلِ اَلْحَقَّ، وَلَوْ كَانَ مُرًّا QULILHAQQO WALAU KAANA MURRO “Katakanlah yang benar meskipun itu pahit berat untuk dikatakan.” HR. Ibnu Hibban Poster Serial Kutipan Hadits Meskipun Pahit, Katakanlah Video Serial Kutipan Hadits Meskipun Pahit, Katakanlah View this post on Instagram A post shared by [Official] Related KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO BELAJAR IQRO, ATAU HUBUNGI +62813 26 3333 28
hadits katakanlah yang benar walaupun pahit