Haditsini dinukil dari Abu Sa'id Al Khudri RA yang menyebut bahwa Rasulullah SAW pernah berkata, Allah SWT dan para malaikat bersalawat atas orang-orang yang bersahur, السُّحُورُ أَكْلَةٌ بَرَكَةٌ فَلَا تَدَعُوهُ وَلَوْ أَنْ يَجْرَعَ أَحَدُكُمْ جَرْعَةً مِنْ
Abu Said al-Khudri, sang perawi hadith. Artikel ini akan membincangkan biodata salah seorang sahabat Rasulullah SAW yang paling muda dan paling banyak meriwayatkan hadith. Siapakah Abu Said Al-Khudri? Abu Said al-Khudri merupakan salah seorang sahabat Rasulullah SAW yang paling muda dari kaum Ansar dan merupakan mufti Madinah pada zamannya.
1.3.1. Referensi: Hadits Al-Arbain An-Nawawiyah #34 عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُوْلُ: «مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
1Hadis+at+taubah+ayat+105 2 dalil+kitab+injil 3 dalil+kitab+zabur 4 surat at taubah ayat 105 5 al hijr 22 6 Al Isra ayat 26-27 7 hadist+al-hujurat+ayat+12 8 Nomor surat 9 dalil+kitab+taurat 10 Injil 11 YUNUS 12 Tafsir ibnu katsir qs almaidah ayat 48 13 Surat+al ikhlas 14 dalil+kitab+Al quran 15 Apakah yang Anda maksud Dari Abu Sa'id Sa
Abu Sa'id al-Khudri; Info pribadi; Nama lengkap: Sa'd bin Malik bin Sinan: Julukan: Abu Sa'id: Lakab: Al-Khudri: Garis keturunan: Bani Khudrah, salah satu suku dari 'Auf Anshar: Lahir: 10 tahun sebelum hijrah: Muhajir/Anshar: Anshar: Tempat Tinggal: Madinah: Wafat/Syahadah: 74 H (64 H), Madinah: Tempat dimakamkan: Baqi' Keikutsertaan dalam Ghazwah
Vay Nhanh Fast Money. Baca pembahasan sebelumnya Hadits Arbain 33 Yang Menuduh Harus Datangkan Bukti Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan cara bijak dalam mengingkari kemungkaran. Kita bisa banyak mengambil pelajaran dari hadits Arbain berikut ini. Hadits Al-Arbain An-Nawawiyah 34 عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُوْلُ مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ. Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” HR. Muslim [HR. Muslim, no. 49] Keterangan hadits man ra-a siapa yang melihat, maknanya adalah siapa yang mengetahui, walaupun tidak melihat secara langsung, bisa jadi hanya mendengar berita dengan yakin atau semisalnya. munkaran segala yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam, pelakunya diingkari untuk melakukannya. Kemungkaran di sini disyaratkan 1 jelas kemungkaran yang disepakati oleh pihak yang mengingkari dan yang diingkari; atau 2 orang yang diingkari punya hujah yang lemah. minkum yang dilihat dari kaum muslimin yang sudah mukallaf yang sudah dikenai beban syariat. fal-yughayyirhu biyadihi maka hendaklah mengubah dengan tangannya. Contoh, seseorang yang punya kuasa–misal ayah pada anak–, ia melihat anaknya memiliki alat musik tentu tidak boleh digunakan, maka ayahnya menghancurkannya. fainlam yas-tathi’ fa bi lisaanih jika tidak mampu, maka ubahlah dengan lisannya. Yang mengingkari tetap bersikap hikmah dengan tetap melarang. Mengingkari dengan lisan termasuk juga mengingkari dengan tulisan. fabi-qalbihi mengingkari dengan hatinya, yaitu menyatakan tidak suka, benci, dan berharap tidak terjadi. adh-aful imaan selemah-lemahnya iman, yaitu menandakan bahwa mengingkari dalam hati itulah selemah-lemahnya iman dalam mengingkari kemungkaran. Baca Juga Lima Dampak Mendiamkan Kemungkaran Faedah hadits Pertama Nabi shallallahu alaihi wa sallam perintahkan siapa saja yang melihat kemungkaran untuk mengubahnya sesuai kemampuan. Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata, “Pengingkaran dengan lisan dan tangan wajib dilakukan dengan melihat pada kemampuan.” Jaami’ Al-Ulum wa Al-Hikam, 2245 Kedua Tidak boleh melarang kemungkaran sampai diyakini hal itu kemungkaran, di mana dilihat dari dua tinjauan 1 perbuatan yang dilakukan diyakini mungkar, 2 perbuatan tersebut dianggap sebagai kemungkaran oleh pelaku. Karena ada sesuatu termasuk kemungkaran, namun pelaku tidak memasukkannya sebagai kemungkaran. Contoh Makan dan minum siang hari bulan Ramadhan adalah kemungkaran. Namun ada orang yang sakit boleh saja dia makan, atau ia termasuk musafir boleh saja ia tidak berpuasa. Ketiga Kemungkaran harus dinilai sebagai kemungkaran oleh yang mengingkari dan pelaku yang diingkari. Jika perkara yang diingkari adalah perkara khilafiyah masih ada beda pendapat, tidak ada pelarangan kemungkaran pada orang yang mengira bahwa hal itu tidak termasuk kemungkaran. Contoh Kita melihat ada seseorang yang memakan daging unta, setelah itu ia langsung shalat. Yang ia lakukan tidak perlu diingkari. Masalah ini masuk dalam perkara silang pendapat. Sebagian ulama menyatakan, wajib berwudhu ketika memakan daging unta. Sebagian ulama mengatakan tidaklah wajib berwudhu. Namun, jika ingin membahas hal ini dan ingin menjelaskan kebenaran, tidaklah masalah. Keempat Apakah mengubah dengan tangan dilakukan untuk setiap keadaan? Jawabannya, tidak. Jika ada masalah, kita tidak perlu melarang kemungkaran dengan tangan. Kerusakan yang besar bisa saja terhindar, caranya dengan menerjang kerusakan yang lebih ringan. Contoh Ada yang melihat kemungkaran pada pemerintah. Kalau ia mengubahnya dengan tangannya, ia sebenarnya mampu. Namun, jika itu ditempuh, kerusakan akan terjadi. Kerusakan tersebut bisa jadi pada orang yang mengingatkan, pada keluarganya, pada orang-orang dekatnya yang mendukung dakwahnya. Jika kita takut kerusakan seperti itu, kemungkaran yang terjadi tak perlu diingkari. Hal ini sama maknanya dengan ayat, وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.” QS. Al-An’am 108 Kelima Tangan adalah aalatul fi’li organ untuk berbuat sehingga disebutkan dalam hadits ubahlah dengan tangan. Oleh karena itu, perbuatan seseorang disandarkan pada tangannya seperti ayat, وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” QS. Asy-Syura 30 Keenam Ajaran Islam itu tidak ada kesulitan. Kewajiban itu tetap melihat pada kemampuan seseorang istitha’ah. Ketujuh Jika seseorang tidak mampu mengubah kemungkaran dengan tangan, ia mengubahnya dengan lisan. Jika tidak bisa dengan lisan, ia mengubahnya dengan hati. Bentuk mengubah dengan hati adalah tidak suka dan bertekad saat memiliki kemampuan akan mengubahnya dengan lisan atau dengan tangan. Ulama lain menyebutkan bahwa mengingkari kemungkaran dalam hati dengan cara Benci akan kemungkaran tersebut. Berpindah dari tempat kemungkaran tadi. Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah mengatakan, “Pengingkaran suatu kemungkaran dengan hati adalah wajib bagi setiap muslim dalam segala keadaan. Adapun pengingkaran dengan tangan dan lisan dipandang dari kemampuan.” Jaami’ Al-Ulum wa Al-Hikam, 2246 Kedelapan Hati juga memiliki amalan. Hadits di atas menyebutkan, ubahlah dengan tangan, selanjutnya menyebutkan ubahlah dengan hati. Kesembilan Iman itu terdiri dari amal dan niat. Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjadikan dalam mengubah kemungkaran ada amal dan niat. Mengubah kemungkaran dengan tangan termasuk amal. Mengubah kemungkaran dengan lisan termasuk amal. Mengubah kemungkaran dengan hati termasuk dalam niat. Kesepuluh Kemungkaran diingatkan dengan cara yang halus dan lemah lembut. Sufyan Ats-Tsauri mengatakan, لاَ يَأْمُرُ بِالمَعْرُوْفِ وَيَنْهَى عَنِ المُنْكَرِ إِلاَّ مَنْ كَانَ فِيْهِ خِصَالٌ ثَلاَثٌ رَفِيقٌ بِمَا يَأْمُرُ ، رَفِيْقٌ بِمَا يَنْهَى ، عَدْلٌ بِمَا يَأْمُرُ ، عَدْلٌ بِمَا يَنْهَى ، عَالِمٌ بِماَ يَأْمُرُ ، عَالِمٌ بِمَا يَنْهَى “Hendaklah memerintah pada yang makruf dan melarang dari kemungkaran dengan tiga hal Lemah lembut ketika memerintahkan yang makruf dan melarang yang mungkar. Bersikap adil ketika memerintah dan melarang. Berilmu pada apa yang akan diperintahkan dan yang akan dilarang.” Jaami’ Al-Ulum wa Al-Hikam, 2256 Ibnu Rajab Al-Hambali menyebutkan perkataan Imam Ahmad berikut ini, وقال أحمد النّاسُ محتاجون إلى مداراة ورفق الأمر بالمعروف بلا غِلظةٍ إلا رجل معلن بالفسق ، فلا حُرمَةَ له ، قال وكان أصحابُ ابن مسعود إذا مرُّوا بقومٍ يرون منهم ما يكرهونَ ، يقولون مهلاً رحمكم الله ، مهلاً رحمكم الله . “Imam Ahmad berkata, Manusia itu membutuhkan sikap lemah lembut mudaaroh dan lemah lembut ketika diingatkan pada kebaikan dan kemungkaran. Hal yang dikecualikan adalah orang yang terang-terangan dalam kefasikan, maka ia tidak dimuliakan. Para murid Ibnu Mas’ud jika melewati sekelompok orang yang mereka pandang sedang berbuat jelek, mereka mengatakan, Tak perlu tergesa-gesa, tak perlu tergesa-gesa, semoga Allah merahmati kalian.’” Jaami’ Al-Ulum wa Al-Hikam, 2256 Dilanjutkan oleh Imam Ibnu Rajab, Imam Ahmad rahimahullah berkata, يأمر بالرِّفقِ والخضوع ، فإن أسمعوه ما يكره ، لا يغضب ، فيكون يريدُ ينتصرُ لنفسه . “Perintah lemah lembut dan halus tetap ada walaupun sedang mendengar kemungkaran yang tidak disukai. Saat itu, janganlah dahulukan emosi. Itulah orang yang disebut meraih kemenangan pada momen tersebut.” Jaami’ Al-Ulum wa Al-Hikam, 2256 Baca Juga Benarkah Shalat Dapat Mencegah dari Perbuatan Keji dan Mungkar? Kaedah dari hadits Mengingkari kemungkaran itu sama dengan menasihati, bukan menjelekkan. Mengingkari kemungkaran itu berdasarkan apa yang dilihat, bukan dari tajassus mencari-cari aib orang beriman. Hendaklah mengajak yang baik dengan cara yang baik dan tidak mengingkari kemungkaran dengan cara yang mungkar. Masalah khilafiyah tidak diingkari dengan meninjau khilafnya kuat; sehingga tidak boleh mengatakan pada yang berbeda dengan kita sebagai orang yang menyelisihi sunnah. orang yang kita kira terjatuh dalam kemungkaran menganggapnya masih boleh. Walhamdulillah, penuh faedah dari hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang luar biasa. Moga kita semakin bijak dalam berdakwah dan amar makruf nahi mungkar. Referensi Jaami’ Al-Ulum wa Al-Hikam. Cetakan kesepuluh, Tahun 1432 H. Penerbit Muassasah Ar-Risalah. Khulashah Al-Fawaid wa Al-Qawa’id min Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah. Syaikh Abdullah Al-Farih. Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah. Cetakan ketiga, Tahun 1425 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Penerbit Dar Ats-Tsuraya. Baca pembahasan selanjutnya Hadits Arbain 35 Kita itu Bersaudara Disusun DarushSholihin, 9 April 2020, 15 Syakban 1441 H Oleh Muhammad Abduh Tuasikal Artikel
Galat skrip tidak ada modul tersebut "Infobox". Sa'd bin Malik bin Sinan bahasa Arabسعد بن مالك بن سنان lahir 10 tahun sebelum Hijrah- 74 H/612-693 Myang terkenal dengan nama Abu Said al-Khudri أبو سعيد الخدري adalah seorang sahabat Nabi Muhammad saw, dan juga termasuk sahabat Imam Ali as serta pembesar suku Anshar. Ia termasuk perawi hadis Ghadir. Ayahnya juga seorang sahabat Nabi Muhammad saw. Ia turut serta dalam berbagai perang Nabi Muhammad saw. Dalam perang Shiffin dan Nahrawan ia berada di pihak Imam Ali as. Para sejarawan mengakui kefaqihan Abu Sa'id. Ahli rijal Syiah pun memuji kemampuannya. Kebanyakan sumber sejarah mencatat tahun wafatnya adalah 74 H, namun sebagian yang lain menuliskan bahwa tahun wafat Abu Sa'id satu tahun setelah Peristiwa Harrah pada tahun 64 H. Pusaranya, sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab-kitab rujukan berada di Madinah, Pemakaman Baqi. Silsilah Keluarga Sumber-sumber sejarah Islam tentang Abu Sa'id menerangkan Sa'd bin Malik bin Sinan bin Ubaid bin Tsa'labah bin Ubaid bin Abjar. [1] Julukannya adalah Abu Sa'id dikaitkan dengan nenek moyangnya Khudrah yang terkenal dengan nama Abjar. [2] Bani Khudrah adalah sekelompok masyarakat yang merupakan bagian dari bani Anshar. Malik bin Sinan ayah Abu Sa'id syahid dalam perang Uhud. [3] Ibunya adalah Anisah binti Abu Haritsah, berasal dari kabilah bani Najjar. [4] Kedudukan Kepribadian dan Agama Sumber-sumber sejarah mengenal bahwa Abu Sa'id adalah termasuk pembesar suku Anshar [5] dan mengakui kefakihannya. [6] Para sahabatnya mengenal Abu Sa'id dengan kehidupannya yang zuhud. Terkait dengan hal ini, Abu Na'im dalam kitab Hilyah al-Auliya[7] dan Ibnu Jauzi dalam Shifat al-Shafwah [8] menuliskan tentang kepribadiannya. Ahli Rijal Syiah juga menilai bahwa ia adalah seorang yang besar dan sangat memujinya,[9]Di antara sahabat Nabi ia berada dalam satu tingkatan dengan Salman dan Abu Dzar, dan diantara sahabat Imam Ali as berada dalam golongan "Ashfiya” penolong terpilih. [10] Dalam Rijal Kasysyi yang dinukilkan dari Imam Shadiq as dikatakan bahwa Abu Sa'id, memiliki sikap yang konsisten dalam beragama dan mengenal kebenaran. Dari Fadhl bin Syadzan juga diceritakan bahwa Abu Sa'id termasuk golongan yang pertama masuk Islam dari kalangan para sahabat. [11] Riwayat Abu Sa'id adalah salah seorang perawi kenamaan Nabi Muhammad saw. Suku Anshar dan Muhajirin meriwayatkan hadis darinya. [12] Hadis-hadis yang diriwayatkan Abu Sa'id yang berasal dari Nabi Muhammad sejumlah 1170, dan sebagian darinya dituliskan oleh pemilik kitab Shihah Sittah seperti Muslim dan Bukhari. [13] Buqa bin Khaul juga menuliskan banyak dari hadis-hadis tersebut di dalam Musnad Kabirnya. [14] Diantara riwayat-riwayat dan hadis-hadis yang dinukilkan oleh Abu Sa'id adalah hadis Ghadir yang merupakan hal yang sangat penting menurut orang Syiah. Ia juga meriwayatkan hadis dari sahabat-sahabat yang masyhur. Diantara orang-orang yang meriwayatkan hadis dari Abu Sa'id Khudri adalah sekelompok dari para sahabat masyhur Nabi seperti Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Jabir bin Abdullah, Zaid bin Tsabit, Anas bin Malik. Sangat banyak para tabiin seperti Sa'd bin Musabab, Atha bin Yasar dan Nafi' menjumpai Abu Sa'id. [15] Kedudukan Politik Semasa kehidupan Nabi Muhammad saw dan Imam Ali as Abu Sa'id aktif dalam kehidupan politik. Ia berusia 13 tahun ketika ayahnya membawanya ke hadapan Nabi Muhammad saw untuk mengikutsertakan dalam perang Uhud, namun Nabi saw tidak memberikan ijin kepadanya karena usianya yang masih kecil. Setelah perang Uhud, ia turut serta dalam berbagai peperangan yang diikuti oleh Nabi Muhammad saw. [16]Waqidi, seorang penulis sejarah pada abad ke-3 dan ke-4 H menukilkan bahwa perang pertama kali yang diikuti oleh Abu Sa'id adalah perang Khandaq. [17] Ibnu Katsir 774 H berkata bahwa ia ikut serta dalam 12 peperangan Nabi Muhammad saw. [18] Pada zaman kekhalifahan Imam Ali as ia turut serta dalam perang Shiffin dan Nahrawan. [19] Abu Sa'id tidak memiliki hubungan pertemanan dengan bani Umayah dan pada berbagai kesempatan melancarkan kritikan kepada mereka diantaranya ketika Marwan bin Hakam mendahulukan khutbah Id sebelum melaksanakan Shalat Id. [20] Demikian juga ketika Muawiyah memerintah, ia pergi ke Syam untuk mengkritik pemerintahannya. [21] Mengenai bahwa Abu Sa'id pada tahun 73 H membaiat Abdul Malik bin Marwan secara tertulis, dan juga Abdul Malik sebelum kekhilafahannya, maka berdasarkan hadis dari Abu Sa'id [22] baik dari sisi zaman dan dari sisi jenis hubungan antara Abu Sa'id dan bani Umayah maka hal itu diragukan kebenarannya. Menurut perkataan Ibnu Qutaibah[23]Abu Sa'id dalam Peristiwa Harrah ketika terjadi serangan yang dilancarkan oleh pasukan Syam ke Madinah menjadikan ia berdiam di rumah, namun pasukan Syam menyerang rumah Abu Sa'id dan menginginkan uang dan harta darinya, namun karena mereka tidak menemukan apa-apa, maka mereka menyiksa Abu Sa'id. Dalam riwayat yang lain, Abu Sa'id lari ke gua dan salah satu pasukan Syam mengejar Abu Sa'id untuk membunuhnya, namun setelah mengenal Abu Sa'id pasukan Syam itu mengampuni Abu Sa'id [24] dan meminta Abu Sa'id untuk memintakan ampun supaya Allah mengampuninya. [25] Kematian Sebagian besar sejarawan menulis bahwa Abu Sa'id wafat pada tahun 74 H. [26] Namun sebagian yang lainnya menuliskan satu tahun setelah peristiwa Harrah. [27] Mereka berkata, ikhtidhar keadaan menjelang kematian Abu Sa'id berlangsung selama 3 hari. Berdasarkan dari referensi-referensi yang ada, ia dikuburkan di Madinah di Pemakaman Baqi. [28] Namun ada juga yang mengatakan bahwa kuburannya ada di Istanbul. [29] Catatan Kaki ↑ Ibnu Abdul Bar, al-Isti'āb, jld. 2, hlm. 602. ↑ Thabari, Al-Muntakhab min Kitāb Dzail al-Mudzil, jld. 11, hlm. 525. ↑ Ibnu Abdul Bar, Al-Isti'āb, jld. 2, hlm. 1352. ↑ Khalifah bin Khayath, al-Thabaqāt, jld. 1, hlm. 216. ↑ Ibnu Abdul Bar, al-Isti'āb, jld. 2, hlm. 602, Khatib Baghdadi, Tārikh Baghdād, jld. 1, hlm. 180; Ibnu Atsir, Usd al-Ghābah, jld. 2, hlm. 289. ↑ Ibnu Sa'ad, Thabaqāt, jld. 2, hlm. 372; Khatib Baghdadi, Tārikh Baghdād, jld. 1, hlm. 180; Abul Ishaq Syirazi, Thabaqāt al-Fuqaha, hlm. 51; Nawawi, Tahdzib al-Asma wa al-Lughāt, jld. 2, hlm. 237; Dzahabi, Siyar A'lām al-Nubalā, jld. 3, hlm. 170; Ibnu Hajar Asqalani, Al-Ishābah, jld. 2, hlm. 35. ↑ Abu Na'im Isfahani, Hilyah al-Auliyā, jld. 1, hlm. 369-371. ↑ Ibnu jauzi, Sifah al-Shafwah, jld. 1, hlm. 715714. ↑ Barqi, Al-Rijāl, hlm. 2. ↑ Barqi, Ahmad bin Muhammad, Al-Rijāl, hlm. 3. ↑ Thusi, Ikhtiyār Ma'rifah al-Rijāl, hlm. 30-38. ↑ Ibnu Abdul Bar, Al-Isti'āb, jld. 2, hlm. 602. ↑ Nuri, Tahdzib al-Asmā wa al-Lughāh, 2/237. ↑ Dzahabi, Siyar A'lām al-Nubala, jld. 3, hlm. 171. ↑ Nawawi, Tahdzib al-Asmā wa al-Lughāt, jld. 2, hlm. 237; Ibnu Atsir, Usd al-Ghābah, jld. 2, hlm. 289. ↑ Thabari, Muntakhab min Kitāb dzail Mudzil, jld. 11, hlm. 525-52; Hakim Nisyaburi, Mustadrak al-Shahihin, jld. 3, hlm. 5 63; Ibnu Abdul Barr, al-Isti'ab, jld. 2, hlm. 602. ↑ Al-Isti'āb, jld. 1, hlm. 156. ↑ Al-Bidāyah wa al-Nihāyah, jld. 9, hlm. 4. ↑ Ibnu Habib, al-Muhabbar, hlm. 291; Khatib, Baghdadi, Tārikh Baghdād, jld. 1, hlm. 180. ↑ Shafadi, al-Wāfi bi al-Wāfayāt, jld. 15, hlm. 148. ↑ Ibnu Asakir, Tārikh Madinah Dimasq, jld. 7, hlm. 182-183, Mengenai penolakann Abu Said terhadap Muawiyah silahkan lihat Nashr bin Muzahim Minqari, Waq'ah Shiffin, hlm. 216. ↑ Ibnu Sa'ad, Thabaqāt, jld. 5, hlm. 229-234. ↑ Al-Imamah wa al-Siyasah, jld. 1, hlm. 213 ↑ Ibnu Qutaibah, al-Imāmah wa al-Siyāsah, jld. 1, hlm. 213. ↑ Dzahabi, Tārikh al-Islām, jld. 3, hlm. 220-221. ↑ Khalifah bin Khayath, al-Thabaqāt, jld. 1, hlm. 216, Ibnu Qutaibah, al-Ma'arif, jld. 11, hlm. 267 dan 526; Thabrani, Al-Mu'jam al-Kabir, jld. 6, hlm. 40; Ibnu Abdul Barr, al-Isti'āb, jld. 2, hlm. 602; Khatib Baghdadi, Tārikh Baghdad, jld. 1, hlm. 118. ↑ Ibnu Hayan, Masyāhir Ulama al-Amshar, hlm. 11. ↑ Hakim Naisyaburi, Muhammad bin Abdullah, Mustadrak al-Shahihain, jld. 2, hlm. 237. ↑ Isyli, 70-73, Necdet, Istanbulda sahabe kabir ue makamlan, Ankara, Renk ofset matbaacilik. Daftar Pustaka Ibnu Atsir, Ali bin Muhammad. Usd al-Ghābah. Beirut Dar Ihya al-Tsurats al-Arabi. Ibnu Jauzi, Abdurahman bin Ali. Shifat ash-Shafwah. Muhammad Fakhuri dan Muhammad Rawas Qal'aji. Beirut 1406 H/1986. Ibnu Habib, Muhammad. Al-Muhabbar. Hydarabad Dekkan 1361 H/1954. Ibnu Hajar Asqalani Ahmad bin Ali. Al-Ishābah. Kairo 1328 H. Ibnu Hayan, Muhammad. Masyāhir Ulama al-Amshār. Fulayisyhamir. Kairo 1379 H/1959. Ibnu Sa'ad, Muhammad. Thabaqāt. Beirut Dar Shadir. Ibnu Abdul Barr, Yusuf bin Abdullah. Al-Isti'āb. Kairo 1380 H/1960. Ibnu Asakir, Ali bin Husain. Tārikh Madinah Dimasyq. Aman Dar al-Basyir. Ibnu Qutaibah. Al-Ma'ārif. Kairo Tsirwat Akasyah, 1960. Ibnu Qutaibah, Abdullah bin Muslim. Al-Imāmah wa as-Siyāsah. Kairo 1388 H/1969. Abul Ishaq Syirazi, Ibrahim bin Ali. Thabaqāt al-Fuqaha. Riset Ihsan Abas. Beirut 1401 H/1981. Abu Na'im Isfahani, Ahmad bin Abdullah. Hilyah al-Auliya. Kairo 1351 H/1959. Barqi, Ahmad bin Muhammad. Ar-Rijāl. Riset Jalaluddin Muhadits. Teheran 1342 HS. Hakim Nisyaburi, Muhammad bin Abdullah. Mustadrak ash-Shahihain. Hydarabad Dekkan 1324 H. Khatib Baghdadi, Ahmad bin Ali. Tārikh Bagdad. Kairo 1349 H. Khalifah bin Khayath. Ath-Thabaqāt. Riset Suhail Zakar. Damaskus 1966. Dzahabi, Muhammad bin Ahmad. Siyar A'lām an-Nubala. Riset Syu'aib Arnaot dkk. Beirut 1405 H/1958. Dzahabi, Muhammad bin Ahmad. Tārikh al-Islām. Kairo 1368 H. Shafadi, Khalil bin Aibak. Al-Wāfi bi al-Wāfayāt. Riset Brand Ratakeh Wisabadan, 1399 H/1979. Thabrani, Sulaiman bin Ahmad. Al-Mu'jam al-Kabir. Riset Hamdi Abdul Majid Salafi. Baghdad 1399 H/1979. Thabari. Al-Muntakhab min Kitāb Dzail Mudzil. Dilengkapi dengan Tarikh Thabari. Thusi, Muhammad bin Hasan. Ikhtiyār Ma'rifah ar-Rijāl. Riset Hasan Musthafawi. Masyhad 1348 HS. Nashr bin Muzahim Minqari. Waqa'ah Shiffin. Riset Abdul Salam Muhammad Harun. Kairo 1382 H. Nawawi, Yahya bin Syaraf. Tahdzib al-Asma wa al-Lughat. Kairo Idarah al-Thaba'ah al-Musyiriyah. vte Sahabat Nabi sawEmigran ke Abyssinialaki-laki Ja'far bin Abi Thalib • Abdullah bin Mas'ud • Abdullah bin Jakfar • Abdullah bin Abdul Asad • Abu Ubaidah bin al-Jarrah • Syurahbil bin Hasanah • Khalid bin Sa'id • Utsman bin Affan • Abu Hudzaifah • Miqdad bin Amr • Mush'ab bin Umair • Abdurrahman bin Awfwanita Ummu Salamah • Ummu Habibah • Asma binti Umais • Ruqayyah • Ummu Aiman • Shafiyah binti Abdul Mutthalib • Saudah binti Zam'at bin QaisMeninggal sebelum Hijrah ke Habasyahlaki-laki Abu Thalib • Yasir bin 'Amirwanita Khadijah binti Khuwailid • SumayyahMuhajirinlaki-laki Imam Ali as • Hamzah • Ammar bin Yasir • Abu Dzar al-Ghifari • Miqdad bin 'Amr • Bilal al-Habsyi • Arqam bin Abi Arqam • Budail bin Warqa • Abu Rafi' • Abdullah bin Mas'ud • Abbas bin Abdul Muththalib • Khabbab bin Arat • Usamah bin Zaid• Abu Hudzaifah • Abu al-'Ash bin Rabi' • Thalhah • Zubair bin 'Awwam • Ibnu Abbas • Salman al-Farisi • Syurahbil bin Hasanah • Khalid bin Sa'id • Utsman bin Mazh'un • Utsman bin Affan • Sa'ad bin Abi Waqqash • 'Amr bin Hamiq al-Khuza'i • Shuhaib bin Sinan • Abu Bakar • Umar bin Khattab • Zaid bin Haritsah • Abu Ubaidah bin Jarrah • Ubaidillah bin Abbas bin Abdul Muttalib • Jabir bin Samurah • Abdullah bin Umar • Abdullah bin Jakfar bin Abi Thalibwanita Fatimah az-Zahra sa • Fatimah binti Asad • Ummu Aiman • Ummu Salamah • Aisyah • Zainab binti Jahsy • Ruqayyah binti Muhammad • Shafiyah binti Abdul Mutthalib • Saudah binti Zam'at bin Qais • Zainab binti Nabi saw • Ummu Kultsum putri Nabi sawAnsharlaki-laki Jabir bin Abdillah al-Anshari • Khuzaymah bin Tsabit • As'ad bin Zurarah • Abu al-Haitsam bin al-Tayyihan • Abu Qatadah Anshari • Sahl bin Hunaif • Utsman bin Hunaif • Abu Lubaba Anshari • Zaid bin Arqam • Buraidah bin Hushaib al-Aslami • Abu Sa'id al-Khudri • Hanzhalah bin Abi 'Amir • Abu Ayyub al-Anshari • Abu Thalhah • Zaid bin Tsabit • Bara' bin 'Azib • Aus bin Tsabit •Syaddad bin Aus • Abu Dujanah • Khubaib bin 'Adi • Sa'ad bin 'Ubadah • Sa'ad bin Mu'adz • Hudzaifah bin Yaman • Hassan bin Tsabit • Muadz bin Jabal • Bilal bin Harits • Qais bin Sa'ad bin 'Ubadah • Abdullah bin Rawahah • Sa'id bin Sa'ad • Sahl bin Sa'ad Sa'idiwanita Ummu 'Umarah • Rumaisha binti MilhanBadriyyunlaki-laki Imam Ali as • Hamzah • Sahl bin Hunaif • Bilal al-Habasyi • Abdullah bin Mas'ud • Usman bin Mazh'un • Shuhaib bin Sinan • Abdullah bin Abdul Asad • 'Ammar bin Yasir • Miqdad bin 'Amr • Abu al-Haitsam bin al-Tayyihan • Ubay bin Ka'ab • Basyir bin Sa'ad • Mush'ab bin Umair • Zaid bin Haritsah • Ka'ab bin Amrwanita •Memeluk Islam setelah Pembukaan Kota Mekahlaki-laki Hasyim bin 'Utbah bin Abi Waqqas • Abu Sufyan • Muawiyah • Kharijah bin Hudzafah • Khirrit bin Rasyid al-Naji • Jarud bin Mu'alla • Mughirah bin Haritswanita •Sahabat lainlaki-laki Salman al-Farsi • Aqil bin Abi Thalib • Hanzalah bin Rabi' • Sulaiman bin Shurad al-Khuzai • Sa'ad bin Mas'ud al-Tsaqafi • Hujr bin 'Adi • Amru bin Ash • Malik bin Nuwairah • Khalid bin Walid • Aban bin Sa'id • Tamim al-Dari • Abu Musa al-Asy'ari • Mushayyib bin Najabah • Amir bin Watsilahwanita Shafiyah binti Huyay • Maimunah binti Harits • Umamah binti Abi al-'Ash • Fiddha Nabi Muhammad vte Jannatul BaqiSejarah Singkat Baitul Ahzan • Monumen-monumen Baqi' • Penghancuran Baqi • Hari PenghancuranYang disemayamkanPara Imam Baqi Imam Hasan as • Imam Sajjad as • Imam Baqir as • Imam Shadiq asPara Sahabat laki-laki As'ad bin Zurarah • Utsman bin Mazh'un • Sa'ad bin Mu'ad • Asid bin Hudhair • Mughirah bin Harits • Ibnu Masud • Suhaib bin Sinan • Abu Sa'id al-Khudri • Abbas bin Abdul Muththalib • Abdullah bin Ja'far • Aqil • Jabir bin Abdillah al-AnshariKeluarga Nabi Halimah Sa'diah • Ruqayyah putri Nabi • Ibrahim Putra Rasulullah • Zainab putri Rasulullah • Ummu Kultsum putri Rasulullah • Zainab putri Khuzaimah • Mariyah al-Qibthiyah • Zainab putri Jahsy • Hafsah • Shafiyah putri Huyai bin Akhtab • Saudah • Juwairiyah • Aisyah • Ummu Salamah Istri Nabi • Shafiyah putri Abdul Mutthalib • Atikah Lain-lain Fatimah binti Asad • Ummul Banin • Hasan al-Mutsanna • Nafsu Zakiyah • Ismail bin Ja'far • Ummu Farwah • Ibnu Syudqam • Ahsai • Muhammad Ali 'Amri Yang terkait Membangun Kuburan • Ziarah Kubur • Tabaruk • Tahun 1220 Hijriah Qamariah • Tahun 1344 hijriah Qamariah • Abdur Rahim Fushuli • Kaum Wahhabi vte Sahabat Imam Ali asSyurthah al-Khamis Salman • Abu Dzar • Miqdad • 'Ammar • Kumail • Abu Sasan al-Anshari • Abu Amr al-Anshari • Qanbar • Sahl bin Hunaif • Utsman bin Hunaif • Amr bin Hamq al-Khuza'i • Maitsam at-Tammar • Rusyaid al-Hajari • Habib bin Muzhahir • Muhammad bin Abi Bakr • Malik al-Asytar • Suwaid bin Ghafla al-Ju'fi • Harith bin Abdillah • Uwais al-Qarani • Asbagh bin Nubatah • Wahab bin Abdillah • Sulaim bin Qais • Sa'ad bin Harits • Abdullah bin Yahya al-HadramiPara Syahid Perang Jamal Zaid bin Shauhan • Hukaim bin JabalahPara Syahid Perang Shiffin Ibn Taihan • Ammar • Khuzaima • Hasyim bin 'Utbah • Suhail bin Amr • Abd Allah bin Ka'ab • Abu Hazim al-Bajali • Ya'la bin Umaiyah • Uwais al-Qarani • Shafwan bin Hudzaifah • Sa'ad bin Hudzaifah • Abu Fudala al-Anshari • Abd Allah bin Badil • Abu 'Umra al-Anshari • Jundab bin Zuhair • Muhammad bin Sulaiman • Abdullah bin Arqam • Abdullah bin Abi HushainPara Syahid Perang Nahrawan Yazid bin Nuwayrah • Za'ida bin Sumair • Ru'ba bin Wabir • Sa'ad bin Khalid • Abdullah bin Hammad • Faiyad bin Khalil • Kaisum bin Salma • 'Ubaid bin 'Ubaid • Jumai' bin Jusyam • Habib bin 'AsimPara Panglima Imam Hasan as • Imam Husain as • Malik al-Asytar • Syuraih bin Hani • Hujr bin 'Adi • Hudayn bin Mundhir • Hukaym bin Jabala • Abu Qutadah • Jariyah bin Qudamah • Sa'id bin Qais • Muhammad bin Abi Bakar • Syabats bin Rab'i • Ma'qal bin Qais • Abu Ayyub al-Anshari • Sahl bin Hunaif • Asy'ats bin Qais al-Kindi • Ibnu Abbas • Harits bin Marra • Sulaiman bin Surad • Ziyad bin NadhrPerwakilan-perwakilan Sa'id bin Sa'ad • Sa'ad bin Harits • Sa'id bin Nimran al-Hamdani • Rufa'a bin Syaddad • Malik al-Asytar • Abu Ayyub al-Anshari • Sa'ad bin Mas'ud • Abu Rafi' • Hudayn bin Mundhir • Asy'ats bin Qais al-Kindi • Qais bin Sa'ad • Wahab bin Abdillah • Muhammad bin Abu Bakar • Kumail • Syaib bin Amir al-Azudi • Sahl bin Hunaif • Mundhar bin Jarud • Mikhnaf bin Sulaim • Ibn Abbas • Umar bin Abi Salma • Qutham bin Abbas • Nu'man bin 'Ajlan • Masqala bin Hubaira • Ziyad bin Abihi • 'Ammara bin SyahabPara Syahid Karbala Nafi' bin Hilal • Hani bin 'Urwa • Habib bin Muzhahir • Abu Tsumamah al-Shaidi • Sa'ad bin Harith • Yazid bin Maghfil • Hajjaj bin Masruq • Nu'man bin 'Ajlan • Burair bin Khudair • Muslim bin Katsir al-Azdi • Ammar bin Abi Salamah • Syabib bin AbdullahPara Perawi Hadis al-Ghadir Sa'id bin Sa'ad • Salman • Sahl bin Sa'ad • Hudzaifa bin Yaman • Zadhan Abu 'Amr • Zaid bin Arqam • Jabir bin Abdillah • Sulaim bin Qais • Bara' bin 'Azib • 'Amr bin Hamiq al-Khuza'iNakitsun Para Pelanggar Janji Zubair bin 'Awwam • Thalhah bin UbaidillahKhawarij Ibnu Muljam • Syimir • Abdullah bin Wahab al-Rasibi • Syabath bin Rab'i • Abdullah bin Kawwa' • Hurqus bin Zuhair • Syuraih bin Awfa al-Abasi • Farwa bin Nufil al-Asyja'i • Abdullahbin Syajara • Jira bin Sinan al-Asadi • Zaid bin HusainPerawi Nauf al-Bikali • Ibnu Abi laila • 'Amir bin Watsilah • Abul Aswad al-Duali • Abdullah bin Jakfar • Adi bin Hatim • Abu Juhaifah • Khaitsamah bin Abdurrahman • Ahnaf bin Qais • Dhirar bin DhamrahLian-Lain Abu al-Aswad al-Duali • Syaddad bin Aws • Aminah binti Syuraid • Abu Sa'id al-Khudri • Amir bin Watsilah • Ubaidullah bin Abi Rafi' • Abu Barza al-Aslami • Habba bin Juwayn al-'Urani • Khabbab bin Aratt • Aqil • Syarik bin al-A'war • 'Abd al-Rahman bin Abi Laila • Ka'ab bin Amr • Abdullah bin Jakfar • Abdullah bin Afif • Thirimmah Imam Ali as
hadits abu sa id al khudri